Label

Cinta Pedal

Cinta Pedal


            Nama lengkapnya Nur Fitri Zulaiha. Panggil saja Zulaiha. Zulaiha adalah gadis yang manis, pintar dan mudah bergaul. Tak heran lagi kalu banyak cowok yang naksir kepadanya. Facebooknya pun penuh dengan facebook cowok yang ngantri nunggu konfirmasi pertemanan darinya. Memang sejak SMP dia adalah gadis rebutan bagi anak-anak cowok. Tapi sayangnya sampai sekarang SMA pun ia masih membawa sifat juteknya.
Hari itu, hari Minggu (Islam: Ahad). Zulaiha sedang duduk manis di depan sebuah komputer punya warnet depan pondok pesantrennya, Pondok Pesantren Al-Jamilah namanya.
            Tangan Zulaiha mulai bergerak-gerak dan menekan-nekan tombol-tombol keyboard dan mouse. Dioperasikannya salah satu web browser pada komputer itu. Pada kolom addres www.facebook.com. Halaman pertama facebook telah ia buka. Ditulisnya alamat email dan password facebooknya. Setelah klik enter, akun facebooknya pun terbuka. Zulaiha Eha Ea nama akun facebooknya. Ya memang kelihatan aneh dan lebai. Tapi nama aneh lah yang umum dipakai oleh sebagian pengguna facebook. Waktu itu banyak sekali pemberitahuan yang belum terbaca. Statusnya laris dilike sama teman-teman facebooknya. Ketika Zulaiha melihat-lihat satu per satu pemberitahuan. Ia tak begitu menyangka jika disetiap status yang ia update, ada satu nama akun facebook yang sama. Daniel Wicaksono adalah nama akun facebook salah satu cowok yang setia ngelike status Zulaiha. Zulaiha tak merasa asing dengan nama itu. Karena Daniel adalah teman sejak SMP.
Zulaiha sangat terkejut ketika harus mendengar ungkapan perasaan Daniel kepadanya pada waktu SMP dulu kala. Masih teringat jelas dalam ingatan Zulaiha. Salah satu sahabatnya, Sarah, pernah menanyakan perasaan Daniel kepada Zulaiha.
“Niel, kamu jujur aja, sih. Kamu suka sama siapa?”. Tanya Sarah kepada Daniel dengan jidatnya yang dikerutkan.
“Apa perlu aku ungkapin sekarang, Rah?”. Tanya Daniel gugup. Keringat-keringat bercucuran. Sementara Zulaiha yang ada di depannya tetap diam, seakan acuh.
            Daniel akhirnya menjawab pertanyaan konyol itu. mukanya tertunduk, entah sangat malu atau karena ada kecoa lewat di atas punggung kakinya (Kebayang kalau memang ada. Jadi tak romantis).
“Aku sebenarnya suka sama teman sebelahmu itu”. Daniel mengungkapkan tanpa menyebutkan namanya secara langsung.
            Sarah melihat ke wajah Zulaiha yang sedang memaling.
“Oh….”, kemudian yang keluar dari mulut Sarah, jawabnya sigkat karena sedikit nggak nyangka. Zulaiha menarik tangan Sarah dan beranjak pergi menjauhi Daniel. Zulaiha terbungkam waktu itu, tak bisa berbuat apa-apa keika tahu Daniel sahabatnya sendiri yang baik hati padanya, menyukainya.
Keesokannya, ketika Zulaiha sedang duduk sendirian di atas meja kosong di ruang OSIS, tiba-tiba Daniel datang menghampirinya, membuyarkan lamunannya.
“Zu, maaf tentang kemaren, jangan diambil hati”. Kata Daniel.
            Zulaiha jawab tanpa panjang lebar. “Ya”.
            Kemudian Daniel puntak ambil lama langsung pergi darinya. Zulaiha nampaknya masih kecewa atas ungkapan Daniel kemarin.
Barulah sekarang. Dua tahun kemudian. Zulaiha mulai sadar kalau Daniel begitu setia mengaguminya selama dua tahun itu. Sering sekali Daniel menitipkan salam untuknya melalui sahabatnya. Banyak pesan masuk yang Daniel kirim ke facebooknya tapi sering sekali Zulaiha tak membalasnya. Zulaiha tak ingin jika Daniel terlalu berlebihan menyukaninya.
            Pertemuan mereka terjadi di tempat kursus Daniel, di Kediri, Jawa Timur. Jaraknya tak jauh dari Pesantren Zulaiha.
Pertama kali, Daniel tak menduga ketika ia membuka akun facebooknya. Zulaiha secara tiba-tiba ada di statusnya. Zulaiha termasuk orang yang mengelike statusnya.
“Niel, salam ya buat Sarah!”. Pesan Zulaiha kepada Daniel waktu itu di facebook.
“Iya”. Jawab Daniel pura-pura jutek.
“Iya, dia kan sekarang lagi kursus sama kamu”
“Oh, ya, insya Allah saya salamin”
            Nampaknya Daniel memang tak begitu menyangka gadis yang dikenalnya jutek itu tak lagi menampakkan kejutekkannya. Zulaiha telah berubah.
()()()
            Udara masih sangat segar untuk dihirup. Masih belum tercampur dengan asap-asap kendaraan yang berlalu lintas pada lapisan beraspal. Daniel terlihat tergesa-gesa pagi itu. Ia berjalan keluar asrama sambil menyelesaikan kancing bajunya. Dibukanya pengunci sepeda sewaannya. Dituntunnya keluar gerbang asrama. Lalu diayunlah sepeda itu menuju ke kampus tempat ia menggali ilmu. Kampus tempat ia kursus tak jauh dari asramanya. Sekitar dua ratus meter dari asramanya.
“Brothers, I’m leaving!”. Sapa Daniel pada teman-temannya yang sama-sama berangkat tapi berjalan kaki.
            Sesampainya ia di kampus, diparkirkanlah sepedanya di sebelah kampus itu. Tiba-tiba Daniel teringat sesuatu yang ia dapat kemarin. Ya, salam dari Zulaiha untuk Sarah.
            Zulaiha dan Sarah sudah lama berteman sejak SMP di Jawa Tengah. Satu ekskul dan satu asrama pula. Begitu juga dengan Daniel yang seanggota OSIS dengan mereka. Tetapi jangan salah, tidak juga seasrama. Namun mereka terpisah di sekolah lanjutan masing-masing. Zuleha melanjutkan untuk menyantren sekaligus sekolah di Jombang, Jawa Timur. Sedang Sarah dan Daniel melanjutkan sekolah mereka di Cirebon. Mereka Berdua satu sekolahan. Sungguh jarak yang sangat jauh atara Cirebon dan Jombang. Untuk pulang pergi sebuah bus pun harus melewati provinsi Jawa Tengah. Bisa ditempuh dengan bus sehari semalam. Itulah sebabnya Zulaiha menitipkan salamnya kepada Daniel untuk Sarah. Tanda kalau Zulaiha sangat merindukan sahabatnya, Sarah.
“Rah, kamu dapet salam dari Zulaiha”. Sapa Daniel ketika jam pelajaran telah selesai.
“Oh, ya? Waalaikumussalam, salam balik, ya!”. Ujar Sarah setengah terkejut.
            Beberap saat kemudian, Daniel seperti biasanya membuka akun facebooknya. Dibacanya satu pesan masuk dari Zulaiha.
“Udah disalamin belum?”. Tanya Zulaiha pada psan itu.
Lantas Daniel merangkai kata untuk menjawab.
“Udah kok, tenang aja Mba”, Kata Daniel. “Mau salam buat Bahrul juga nggak?”
“Ih, nggak usah…!” Jawab Zulaiha.
“kok nggak usah? Bukannya kamu pacaran sama Bahul?” Tuduh Daniel begitu saja.
“Nggak. Aku nggak pacaran.. Buat apa pacaran?” Jelas Zulaiha.
“Halah yang bener?” Daniel masih belum juga percaya. Ia masih memperdulikan kabar angin jika Zulaiha baru-baru ini sedang dekat dengan Bahrul, cowok yang juga sesekolah dengan Daniel dan Sarah.
“Kamu pulang kapan?” Tanya Zulaiha mengalihkan topik pembicaraan.
“Masih lima belas hari lagi”
“Oh….”

Beberapa hari kemudian di pesan facebook.
“Zu, kata Sarah kamu mau kesini, ya?” Tanya Daniel
“Apa..!? Sarah bilang-bilang?” Zulaiha kaget.
“Iya”
Hening
            Seminggu kemudian,ketika itu Zulaiha memutuskan untuk pergi ke tempat Sarah berkusus itu. Setelah berhari-hari memikirkan apakah jadi ataukah tidak.
            Zulaiha pergi dengan mengajak sebagian dari teman-teman sepesantrennya. Termasuk dua kakak kelasnya yang kembar, Rahma dan Rahmi. Gerombolan gadis itu pun siap meluncur ke tempat tujuan. Kurang lebih empat jam kemudian empat orang gerombolan gadis itu pun sampai di depan sebuah tugu bertuliskan Selamat Datang di Desa Tulungrejo. Tepat di depan tugu itu ada belokan ke arah kanan. Dan mereka berjalan menelusuri jalan itu. Dan setelah berjalan lurus dan belok kiri mengikuti alur jalan, ada tempat di sebelah kanan jalan. Tepat setelah belokan itulah tempat kursus Sarah dan Daniel. Mereka memasuki gerbang tempat itu.
“Permisi Mas, saya ingin ketemu sama Sarah”
Tanya Zulaiha kepada laki-laki yang duduk di ruang office.
“Sarah kelas berapa?” tanya laki-laki itu.
“Sarah kelas A”
            Kemudian laki-laki itu melangkah keluar dari ruangan dan menuju ke kelas di mana Sarah sedang belajar. Ya, waktu itu pelajaran sedang berlangsung. Sarah sedang belajar dengan yang lainnya waktu itu. Laki-laki itu berpermisi dan memaggil Sarah.
“Ada yang namanya Sarah?”, tanya laki-laki itu. “Dicari sama mbak Zulaiha”.
            Sarah yang sedang serius belajar pun konsentrasinya terbuyar. Ia terkejut dan segera berlari menuju Zulaiha menunggu. Daniel juga nampak tercengang. Ternyata sang idaman pun datang. Bagai kan pedal yang ditarik jauh dan kembali lagi seperti semula. Pertemuan mereka seperti dalam mimpi.
            Angin yang menerpa jilbab Zulaiha membuat sayap-sayap jilbab itu melambai-lambai. Ia bagai bidadari yang keluar dari Kayangan bagi Daniel yang masih mengidamkannya.
“Zulai…haaaaaaaa…! I miss youuu…”
Sambut Sarah amat bungah. Mereka pun saling bersalaman. Mencium tangan satu sama lain secara bergantian. Kerinduan mereka pun pudar seketika saat itu.
()()()
            Bel istirahat berbunyi. Daniel pun bergegas membereskan bukunya. Merapihkannya ke dalam tas.  Setelah teacher keluar, Daniel pun menyusul keluar. Dihirupnya udara luar kelasnya yang begitu segar yang masih tercampur dengan jejak-jejak wangi Zulaiha yang baru saja lewat.
            Karena lapar, seperti biasa Daniel membeli jajan yang dijual oleh penjual keliling di depan kelas. Sebut saja jajan itu pentol. Yaitu campuran semacam bakso dengan tahu yang dibumbui. Jajan khas daerah itu. Daniel membeli dengan uang dua ribu rupiah. Kemudian ia pun duduk di teras depan kelas untuk memakannya karena ia tahu kalau makan sambil berdiri adalah tindakan tidak sopan.
            Ketika ia sedang makan sesekali ia menengokkan kepalanya ke kanan, ke arah asrama putri. Diharapnya ia melihat sosok Zulaiha. Setelah beberapa kali menengok, sosok itu pun muncul di hadapannya. Ia datang bersama temannya, Rahma. Sosok yang masih sama seperti terakhir kali Daniel melihatnya saat di bangku SMP. Daniel merunduk. Seakan-seakan tidak tahu kalu ada Zulaiha. Pada saat Zulaiha telah hampir berjalan tepat di depan Daniel, Daniel mendongokkan kepalanya menatap Zulaiha yang lewat dihadapannya. Keduanya saling bertatapan. Tapi hanya nol koma sekian detik saja mereka bertatapan. Zulaiha dan Daniel saling salah tingkah. Zulaiha membuang tatapannya.
“Kata kamu nggak jadi kesini?” Tanya Daniel ketika Zulaiha melangkah semakin jauh darinya.
Zulaiha terdiam
“Malu katanya, Niel”. Tiba-tiba kata Rahma yang berjalan di sebelah Zulaiha yang diikuti ketawa kecilnya.
“Rul… Bahrul… ada Zulaiha tuh. Ciyee yang ketemu sama doi.. ehem ehem”. Terdengar suara-suara itu dari mulut-mulut teman Bahrul oleh Daniel. Daniel acuh.
            Daniel tetap menyembunyikan kecemburuannya. Dilihatnya Bahrul yang berjalan di susul Sarah di belakangnya. Mereka menyusul Zulaiha yang telah menghilang di balik gerbang. Di dalam tubuh Daniel seperti ada api yang sedang membakar hatinya. Namun api itu tak sampai kelihat keluar dari diri Daniel. Daniel telah mencegahnya untuk keluar dengan melapisi es cap sabar di sekujur tubuhnya. Tak seharusnya mengungkapkan perasaan. Menurutnya.
()()()
            “Zulaiha?” Sapa Barul yang telah berdiri di belakang Zulaiha.
            Ditengoknya wajah itu oleh Zulaiha. Namun Zulaiha langsung berpaling dan meninggalkan Bahrul.
            Dalam hati Zulaih berkata, “Ngapain sih, Sarah bawa-bawa Bahrul ke sini? Aku kan udah lama nggak liat cowok, malu tau..!”
            Bahrul pun tercengang. Mulutnya mangap. Matanya tak berkedip. Beberapa menit kemudian baru mingkem dan menelan ludah yang sedari tadi ngandung di mulutnya. Akhirnya Bahrul kembali ke kampus dengan badan penuh keringat. Bajunya menjadi sedikit basah. Sarah yang tadi mengantarkan Bahrul ikut kembali ke kampus. Sarah ingin mambil sepeda di tempat parkiran untuk Zulaiha. Mereka akan pergi ke ATM untuk mengambil uang.
            Zulaiha, Rahma dan Sarah sudah mengayun sepeda menjauh dari pandangan Daniel yang ternyata sedari tadi membuntuti mereka dari belakang. Daniel rupanya masih kurang cukup memandang Zulaiha satu kali saja. Tapi apa daya Zulaiha semakin menjauh. Daniel saat itu sedang berhenti di ujung petigaan dengan menggunakan sepedanya. Daniel pun melaju berlawanan arah dari Zulaiha. Ia hendak pulang menuju asramanya.
            “Mau pulang jam berapa?” Tanya Daniel beberapa saat kemudian via facebook.
            “Jam dua siang kami harus pulang ke pesantren. Ada kegiatan pesantren”
            Ketika telah pukul 14.00 WIB, Zulaiha bersama teman-temannya kembali pulang ke pesantren. Di perjalanannya, Zulaiha nampak seringkali terdiam. Diterawangnya sosok Daniel yang baru ia kagumi karena perhatian dan kesetiaannya. Begitu juga Daniel. Diam-diam mereka saling kagum satu sama lain. Tapi baik Zulaiha maupun Daniel, dua-duanya saling menutupi perasaan. Mereka takut kalau saling mengungkapkan malah terjadi tragedi pacaran.

            Zulaiha sudah lebih dari satu kali ia berpacaran sebelumnya. Dan hasilnya adalah fix, pacaran hanya membuat hatinya semakin lemah dan rapuh. Rasa sakit ia rasakan bertubi-tubi dari pacaran. Hingga rasa sakitnya terhadap kesalahannya kepada Al-Khalik. Begitu juga seperti yang Daniel pernah rasakan. Mereka baru menyadari itu semua ketika menyantren. Mereka benar-benar mantap untuk mencari ilmu agama, dan berubah dari masa lalu masing-masing. Ingin menjadi lebih benar dan menggunakan cinta mereka hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah Al-Khalik. Urusan jodoh ada pada-Nya dan jodoh bagaikan pedal yang pasti akan kembali walaupun ditarik sejauh apapun. Sampai sekarang Zulaiha menganggap Daniel sebagai teman baik saja walaupun ia menyukainya. Kalaupun Daniel bukan jodohnya, berarti Daniel bukan pedalnya, pedalnya adalah yang lain yang sudah dikehendaki oleh Allah Al-Khalik.