Label

Pengaruh Industri Genteng terhadap Lingkungan Sekitarnya


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna diantara makhluk lainnya. Karena manusia diberi akal pikiran untuk melangsungkan hidupnya. Seiring dengan perkembangan zaman pola pikir manusia terus bertambah maju dalam mencari cara bagaimana agar dapat melangsungkan hidupnya. Dengan memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia manusia dapat memproduksi suatu barang  yang dapat memenuhi kebutuhannya, dari mulai cara hidup nomaden hingga lahirlah cara berfikir yang lebih modern untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dahulu negara indosesia terkenal akan mayoritas penduduknya yang berprofesi sebagai nelayan dan petani atau dengan kata lain Indonesia masih sangat mengandalkan hasil alam dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, namun kemajuan zaman sudah dapat mengubah pola pikir bangsa Indosesia dalam memenuhi kebutuhannya. Sehingga saat ini muncullah pola pikir yang menghasilkan sebuah produk yang diperoleh dari alam, hanya dengan diolah lebih lanjut dapat menambah nilai dari suatu produk. Dengan berjalanya proses modernisasi, timbulah sebuah istilah yang disebut industrialisasi.
Menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian, yang dimaksud dengan industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.
Industri merupakan kegiatan yang sangat erat hubungannya dengan berbagai macam keperluan manusia, tetapi industri juga mempunyai dampak terhadap lingkungan geosfernya, seperti air, udara, tanah, dan juga pada lingkungan sosial seperti pendapatan.
Dari definisi industri di atas kita dapat menyimpukan bahwa Industri merupakan salah satu kegiatan manusia yang mampu memenuhi berbagai macam kebutuhan manusia itu sendiri. Dalam kegiatan industri, jenis Usaha Kecil Menegah (UKM) dapat dijadikan salah satu alternatif dalam menciptakan lapangan kerja, serta meningkatkan pendapatan seluruh rakyat.
Oleh karena itu, proses pembangunan harus dilandasi dengan wawasan lingkungan sehingga dapat terjalin relasi yang seimbang antara alam dengan kemajuan zaman yang dinamis.
 Di Indonesia sekarang sedang berlangsung penyebarluasan pembangunan industri ke berbagai daerah. Contohnya di daerah kabupaten Majalengka. Kabupaten Majalengka merupakan salah satu wialayah yang berpotensi untuk pengembangan sektor industri. Salah satu dari wilayah yang dikembangkan sebagai sektor industri di Kabupaten Majalengka adalah Kecamatan Jatiwangi.
Kecamatan Jatiwangi merupakan salah satu daerah yang termasuk kedalam sentra industri yaitu sentra industri Genting. Keberadaaan industri tersebut sangat dominan dikawasan kabupaten Majalengka dan merupakan andalan diantara industri-industri yang lain. Hal ini memberikan kontribusi positif terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Majalengka. Dan tempat yang akan kami jadikan objek penelitian untuk KTI ini adalah industri Genting di desa Sindangwasa.
Dari pemaparan diatas kami tertarik untuk meneliti tentang dampak industri pembuatan genting dengan judul “Pengaruh Kegiatan Industri Genting Desa Sindangwasa terhadap lingkungan sekitarnya.”

B.       Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Bagaimana proses kegiatan pembuatan Genting di Desa Sindangwasa ?
2.    Apa saja faktor yang mempengaruhi kegiatan pembuatan genting di Desa Sindangwasa ?
3.    Apa saja dampak dari kegiatan pembuatan genting tersebut terhadap lingkungan?
4.    Bagaimana cara menanggulangi dampak yang di sebabkan oleh kegiatan pembuatan genting tersebut ?
C.    Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian meliputi :
1.      Mengungkap bagaimana proses kegiatan pembuatan genting di Desa Sindangwasa
2.      Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembuatan Genting di Desa Sindangwasa
3.      Menjelaskan bagaimana pengaruh kegiatan pembuatan genting Desa Sindangwasa terhadap lingkungan sekitarnya
4.      Membantu mencari solusi dalam memecahkan masalah yang ditimbulkan oleh kegiatan pembuatan genting tersebut.

D.    Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang dapat kita peroleh ialah :
1.      Manfaat teoritis
a.    Bagi  siswa : Meningkatkan pemahaman diri terhadap kamian Karya Tulis Ilmiah dan kesadaan akan pentingnya lingkungan.
b.    Bagi Pengusaha : Meningkatkan pemahaman para pengusaha terhadap proses pembuatan genting dan dampaknya terhadap lingkungan.
2.      Manfaat Praktis :
a.       Bagi pengusaha : Memberikan solusi penanggulangan terhadap dampak pembuatan genting dan memperkenalkan Usaha Kecil Menengah (UKM) pembuatan genting kepada halayak ramai.
b.      Bagi Masyarakat luas : Mengubah paradigma masyarakat terhadap Industri sebagai salah satu alternatif dalam mengupayakan penciptaan dan perluasan tenaga kerja, serta meningkatkan pendapatan seluruh rakyat di era persaingan dunia.



                                                                                                                     

BAB II
KAJIAN TEORI

A.    Kedudukan Industri dalam Sistem Biofisik dan Sistem Sosial
Manusia sebagai makhluk tuhan yang memiliki akal pikiran dalam kesehariannya tidak dapat terlepas dengan lingkungannya, manusia juga dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu berupaya untuk memecahkan masalah disekitarnya demi melangsungkan kehidupannya, manusia dengan lingkungan tidak akan dapat dipisahkan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Adimihardja (1993:1) bahwa “Manusia, kebudayaan dan lingkungan merupakan tiga faktor yang saling jalin menjalin secara integral. Lingkungan tempat manusia hidup selain berupa lingkungan alam juga berupa lingkungan sosial budayanya. Sehubungan dengan itu, maka konsep manusia harus dipahami sebagai makhluk yang bersifat biososiobudaya”. Dengan kata lain manusia dengan lingkungannya ialah satu kesatuan kehidupan yang saling berhubungan satu sama lain. Manusia dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya, misalnya manusia dan aktifitasnya dapat mempengaruhi lingkungan biofisik berupa udara, air, tanah, hutan, dan satwa liar. Sebaliknya, lingkungan biofisik yang telah mendapat perlakuan manusia itu akan mempengaruhi kehidupan manusia itu sendiri, misalnya udara untuk bernafas, air untuk minum, mengairi pertanian dan perikanan, tanah untuk pertanian dan bahan baku industri pembuatan genting, hutan untuk sumber keperluan kayu dan juga sebagai paru-paru bumi.
Manusia sebagai kholifatul-ardh sebagaiman firman Allah SWT dalam surat Al Baqarah: 30,  yang artinya :
Dan (ingatlah) tatkala Tuhan engkau berkata kepada malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan di bumi seorang kholifah. Berkata mereka: Apakah Engkau hendak menjadikan padanyaorang yang merusak didalamnya dan menumpahkan darah, padahal kami bertasbih dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau ? Dia berkata: sesungguhnya aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. 
Berdasarkan ayat tersebut, manusia sebagai khalifatul-ardh (pemimpin muka bumi) menjadikan manusia sebagai pelindung dan penjaga muka bumi. Jadi dalam kehidupan sehari-hari manusia haruslah dapat manjaga kelestarian alam sekitarnya.
Hal ini pun seharusnya dapat diaplikasikan oleh manusia dalam kegiatan perekonomiannya, dalam hal ini adalah proses pembangunan perindustrian yang menganut konsep berwawasan lingkungan. Menurut K Wardiyatmoko (2006 : 139), “Pembangunan berwawasan lingkungan adalah upaya peningkatan kualitas manusia secara bertahap dengan memperhatikan faktor lingkungan. Pada prosesnya, pembangunan ini mengoptimalkan manfaat sumber daya alam, sumber daya manusia, dan ilmu pengetahuan dengan menserasikan ketiga komponen tersebut, sehingga dapat berkesinambungan”.


B.                Klasifikasi Industri
Ada bermacam-macam tipe industri sesuai dengan klasifikasinya, ada yang berdasarkan luas dan kompleksitas kegiatannya, jumlah dan besarnya kebutuhan bahan mentah, dan lainnya. Menurut Saleh (1995:126), bahwa “industri lokal ialah kelompok industri kecil yang menggantungkan hidupnya ke pasar setempat yang terbatas, serta relatif tersebar dari segi lokasinya”. Berdasarkan pendapat tersebut, maka industri Pembuatan Genting di Desa Sindangwasa merupakan industri lokal karena pemasaran hasil produksinya hanya terbatas pada daerah dekat lokasi industri yaitu wilayah 3 Cirebon (Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan)
Dalam hal ini Abdurachmat dan Maryani (1997:31) mengemukakan bahwa tipe-tipe industri diklasifikasikan sebagai berikut:
1)   Berdasarkan luas dan kompleksitas kegiatan dan pengorganisasiannya:
a.    Industri besar (Big Industry), ialah industri-industri dalam skala besar dengan kegiatan dan pengorganisasian yang komplek, mempergunakan mesin-mesin yang modern dengan jumlah buruh yang cukup besar, dan menempati areal tanah yang luas pula.
b.    Industri kecil (Small Industry), ialah industri-industri yang berukuran kecil baik dilihat dari modalnya, kegiatan, pengorganisasiannya, produksinya, maupun jumlah tenaga kerja dan teknologinya. Termasuk ke dalam kategori ini: Industri rumah dan kerajinan.
2) Berdasarkan Jumlah dan Besarnya Kebutuhan Bahan Mentah, Sifat Produksi dan Penggunaan Mesin-Mesin:
a.    Industri Berat (Heavy Industry), ialah industri-industri yang dalam kegiatannya mempergunakan mesin-mesin berat, mengolah bahan mentah dalam jumlah yang sangat banyak, dan memproduksinya pun berupa barang-barang dalam kategori tahan lama dan berat “that use bulky machinery and consume copious quantities of raw materials”. Karena kebutuhan bahan mentah yang banyak dan penggunaan mesin-mesin berat, maka industri-industri ini biasanya dibangun di tempat-tempat di mana sarana lalu-lintas mudah; sepanjang jalan kereta api, di tepi sungai, kanal atau di tepi laut (pelabuhan); industri mobil, kereta api, kapal.
b.    Industri Ringan (Light Industry), ialah industri-industri yang relatif menggunakan mesin-mesin ringan dan membutuhkan bahan mentah yang lebih sedikit “…that use comparatively light weight machinery, or that consume small quantities of raw material” (Alexander,1963: 407). Termasuk kategori ini: industri tekstil, industri kertas, dan lain-lain.
3) Berdasarkan Sifat Bahan Material dan Sifat Produksinya:
a.    Industri primer ialah industri yang mengolah bahan mentah hasil produksi sektor primer, baik dari pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan maupun pertambangan. Industri-industri ini pada umumnya telah berorienntasi kepada bahan mentah dan ditempatkan di daerah sumber bahan mentah.
b.    Industri sekunder ialah industri yang mengolah lebih lanjut hasil-hasil industri lain (industri primer), bahan bakunya adalah barang jadi atau barang setengah jadi yang diproduksi industri lain. Pada umumnya ditempatkan berdasarkan dengan industri-industri yang menghasilkan bahan bakunya. Termasuk ke dalamnya industri mobil dan industri perakitan lainnya, industri pakaian jadi, dan lain-lain. Industri semacam ini ada juga yang menamakannya sebagai industri satelit.
4)  Berdasarkan daya serap (kemampuan tampung) tenaga kerja dan permodalan:
a.    Industri padat karya (Labor Intensive), ialah industri-industri yang banyak membutuhkan dan menggunakan tenaga kerja manusia. Termasuk kategori ini umumnya adalah industri rumah dan kerajinan tangan (Handendicraft), dan industri-industri yang menggunakan teknologi madya.
b.    Industri padat modal (Capital intensive), ialah industri-industri yang mempergunakan modal yang besar dan mesin-mesin modern. Termasuk kelompok ini adalah semua industri modern dengan teknologi tinggi.



5)  Berdasarkan jumlah modal, tenaga kerja dan teknologinya, dapat diklasifikasikan atas:
a.    Industri Besar; jika kita mempergunakan modal yang cukup besar, jumlah tenaga kerja di atas 200 orang, menggunakan mesin-mesin modern.

b.    Industri menengah; dengan jumlah modal yang tidak terlalu besar, jumlah buruh antara 50-200 orang, dan menggunakan mesin-mesin sederhana.
c.    Industri kecil; ialah industri-industri yang mempergunakan modal kecil, dengan jumlah tenaga kerja umumnya kurang dari 50 orang, dan dengan teknologi yang sederhana (Handy Industry).

Berdasarkan jumlah modal, tenaga kerja dan teknologinya, maka industri pembuatan genting di Desa Sindangwasa Kecamatan Jatiwangi termasuk dalam kelompok industri menengah karena memiliki modal yang tidak terlalu besar dengan jumlah tenaga kerja antara 60-70 orang, dan menggunakan teknologi yang sederhana. Industri pembuatan genting di Desa Sindangwasa jika dilihat dari berdasarkan klasifikasi luas dan kompleksitas kegiatan dan pengorganisasiannya juga termasuk industri menengah, sedangkan berdasarkan daya serap tenaga kerja dan permodalannya termasuk ke dalam industri padat karya.



BAB III
PROSEDUR PENELITIAN


A.      Metode Penelitian
Dengan dilandasi rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakn metode deskriptif analisis. Menurut Surakhmad (1994: 139), bahwa “metode deskriptif yaitu metode yang mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, dan hubungan antara fenomena yang ada di daerah penelitian”. Penelitian deskriptif tidak hanya sampai pada pengumpulan data dan penyusunan data, namun juga mencakup analisis dan interpretasi data itu sendiri.
Menurut Sudjana (2004: 64), bahwa “metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang”. Dengan demikian, penelitian deskriptif mengangkat masalah atau menitik beratkan perhatian kepada masalah-masalah yang aktual layaknya pada saat penelitian dilaksanakan.
Dengan begitu, melalui metode penelitian deskriptif akan mengungkap berbagai kondisi aktual dari industri pembuatan genting dan dampaknya terhadap kondisi lingkungan di Desa Sindangwasa Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka. Terlebih, dapat menggambarkan dan melukiskan keadaan layaknya di lapangan.

B.       Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dan informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian, maka kami menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1.    Observasi Lapangan
Observasi lapangan merupakan teknik pengumpulan data dengan mengamati, meneliti, dan mencatat secara langsung terhadap gejala maupun fenomena yang terdapat pada objek penelitian guna memperoleh data yang aktual dan faktual sebagai bahan masukkan bagi analisis dan kajian penelitian yang tengah dikaji. Data yang diinginkan kami dalam observasi lapangan diantaranya adalah seluruh proses pembuatan genting dan dampak fisik dari proses pembuatan genting. Observasi lapangan menjadi salah satu kegiatan dalam serangkaian penelitian yang keberadaanya tidak dapat diabaikan sebagai penambah keakuratan dan validitas sebuah penelitian yang tengah dilakukan.

2.    Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan cara memberikan serangkaian pertanyaan, yang nantinya akan dijawab oleh responden guna memperoleh data dan informasi mengenai hal yang berkaitan dengan masalah penelitian diantaranya faktor yang mempengaruhi kegiatan produksi pembuatan genting dan dampak non fisik yang dialami penduduk sekitar. Responden pada kegiatan penelitian ini ialah penduduk sekitar industri pembuatan genting, pengusaha pembuat genting dan tenaga kerja pembuatan genting di Desa Sindangwasa. Serangkaian pertanyaan yang akan diberikan kepada responden, telah disusun berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang terkait. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir adanya pertanyaan yang dinyatakan tidak valid.

3.    Studi Kepustakaan
Studi ini berfungsi sebagai pembanding ataupun pendukung informasi yang berhubungan dengan masalah penelitian. Teknik ini dilakukan guna melengkapi data-data dalam rangka menganalisis masalah yang tengah diteliti. Dilakukannya hal ini bertujuan untuk mendapatkan masukkan berupa tinjauan pustaka yang terkait dengan penelitian yang dilakukan diantaranya mengenai industri, lingkungan hidup, dan pengaruh kegiatan industri pembuatan genting terhadap lingkungan sosial.



BAB IV
PEMBAHASAN

A.      Proses Kegiatan Pembuatan Genting
Dalam proses pembuatan genting salah satu hal yang diperlukan adalah bahan baku. Bahan baku pembuatan genting adalah tanah lempung, dalam hal ini tanah lempung yang dimaksud ialah campuran tanah liat persawahan dengan pasir.
Campuran tanah tersebut mula-mula dicampur secara manual dengan teknik pengadukan tradisional dengan cangkul kemudian dimasukkan kedalam mesin pemadat untuk mendapatkan tekstur yang lebih menyatu dan membentuk bongkahan agar mempermudah proses penge-press-an.
Bongkahan tanah tersebut selanjutnya melewati proses penge-press-an dengan mesin pencetak yang manual sederhana namun telah sedikit ter-modernisasi, hasil cetakan mesin tersebut memang tidak terlalu sempurna namun kembali disempurnakan secara manual dengan alat sederhana yang terbuat dari sebilah bambu.
Kemudian di keringkan di atas rak-rak khusus untuk mengeringkan genting. Setelah kering dan megeras, kegiatan selanjutnya yaitu menjemur genting-genting tersebut dibawah terik matahari untuk mengurangi kadar air sehingga genting lebih kuat dan tidak mudah pecah.
Proses penjemuran genting-genting tersebut biasa membutuhkan waktu sekitar tiga hari tergantung pada cuaca dan cahaya matahari.
Untuk mendapatkan kualitas terbaik memang proses penjemuran genting harus dengan menggunakan cahaya matahari, media ini tidak dapat digantikan dengan media yang lain. Karena, walaupun menggunakan media lain kualitas genting tidak akan baik dan akan mudah pecah, dan itu dapat merugikan pengusaha genting itu sendiri.
Setelah sekiranya genting kering, genting-genting tersebut dimasukkan ke dalam tungku untuk proses pembakaran. Dalam proses pembakaran, waktu yang diperlukan sekitar satu hari penuh. Bahan bakar yang digunakan untuk proses pembakaran adalah kayu-kayu pohon yang dibeli dari daerah lain, karena bahan bakar tersebut sulit ditemukan
Setelah dibakar di dalam tungku, genting-genting tersebut ternyata menghasilkan kualitas yang berbeda-beda, ini yang nantinya akan menentukan nilai jual genting-genting tersebut di pasaran. Kemudian dilakukan pen-sortir-an terhadap genting-genting tersebut agar nantinya akan memudahkan proses pemasaran, tahap yang terakhir adalah memasarkan genting-genting tersebut kepada para konsumen.
Dari uraian di atas kita dapat mengetahui bahwa ternyata proses pembuatan genting di desa Sindangwasa masih mempertahankan cara tradisional, walaupun dalam beberapa tahap telah menggunakan alat penunjang produksi yang lebih modern.

B.     Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan pembuatan genting
Industri merupakan suatu kegiatan perekonomian yang akan memenuhi kebutuhan hidup manusia dengan memanfaatkan lingkungannya, kegiatan industri menjadi salah satu hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Hal ini tentu memiliki dampak bagi lingkungan fisis dan sosial, sbebagaimana pendapat Rambo dalam Iskandar (2001: 8) bahwa :
“faktor-faktor sistem biofisik atau ekosistem di sekitar manusia sangat beragam bergantung pada dimana manusia itu tinggal, termasuk di dalamnya iklim, udara, air, tanah, tanaman, dan binatang”.

Dalam kegiatan pembuatan genting di desa Sindangwasa memiliki beberapa faktor penting, yaitu:
a.         Iklim 
Faktor intensitas sinar matahari, intensitas angin, kelembaban udara, kadar keasaman air dan zat hara yang terkandung di tanah memiliki peranan penting dalam pembuatan genting karena kualitas genting juga akan ditentukan oleh unsur-unsur diatas, semakin sesuai standarnya unsur tersebut maka kualitasnya juga menjadi semakin baik.
b.        Bahan baku
Bahan baku utama pembuatan genting ialah campuran lempung persawahan dengan pasir, sehingga tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap kualitas genting, karena tidak sembarang tanah dapat dibuat menjadi genting.
c.         Sarana penunjang produksi
Sarana penunjang produksi sangat berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas suatu produk, karena dengan adanya sarana penunjang produksi maka efektifitas sumber daya dan produktifitas suatu industri dapat lebih meningkat.
d.        Kualitas SDM          
Kualitas SDM erat pengaruhnya terhadap produksi, karena mayoritas pengerajin memiliki pendidikan yang sangat kurang, terlebih di era persaingan global ini inovasi-inovasi baru sangat dibutuhkan untuk mampu bertahan dalam persaingan dan memungkinkan meningkatnya taraf pendapatan masyarakat.

C.    Dampak kegiatan pembuatan Genting di Desa Sindangwasa terhadap lingkungan sekitarnya
Proses Industri memang dapat menghasilkan berbagai produk yang dibutuhkan oleh manusia, namun dalam kegiatan industri tersebut seringkali mengorbankan ekologi dan lingkungan hidup manusia sendiri.
Menurut Djojodipuro (1992:203), bahwa dampak industri terhadap sosial budaya dapat dibedakan menjadi dampak penghidupan sosial budaya, yang pertama merupakan dampak lingkungan alam yang dirasakan secara langsung, sedangkan yang kedua merupakan gangguan terhadap pola penghidupan dan tingkah laku masyarakat yang melalui proses bertahun-tahun menjadi suatu yang mapan.
Tak terelakkan lagi bahwa pembangunan suatu industri memiliki dampak positif maupun negatif terhadap lingkungan, layaknya apa yang telah dikemukakan oleh Djojodipuro di atas. Kegiatan industri tersebut membuka kesempatan kerja baru dan menambah pendapatan sehingga kebutuhan hidup masyarakat dapat terpenuhi, namun disisi lain perpotensi menimbulkan dampak pada lingkungan alam.
Sesuai dengan hasil observasi kami, dampak kegiatan pembuatan genting desa Sindangwasa, berupa :
1.    Terbukanya lapangan kerja baru.
Dengan dibangunnya industri tersebut, tentunya memerlukan pekerja yang ahli dalam bidang industri pembuatan Genting, sehingga industri tersebut menciptakan lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat.
2.    Meningkatnya penghasilan dan taraf hidup masyarakat.
Karena terciptanya lapangan kerja baru, masyarakat kini memiliki pekerjaan dengan penghasilan yang cukup untuk membiayai hidupnya dan menekan angka pengangguran.
3.    Terpenuhinya berbagai kebutuhan masyarakat.
penghasilan yang dihasilkan dari pekerjaan industri tersebut, masyarakat  dapat memenuhi berbagai kebutuhannya dan meningkatkan kesejahteraanya.
4.    Adanya proses interpendensi antara petani dan pengusaha genting
Kebutuhan para petani untuk menggali daerah persawahannya dimanfaatkan para pengusaha pembuat genting untuk membeli tanah hasil pendalaman daerah persawahan tersebut sebagai bahan baku pembuatan genting.

Namun, terlepas dari dampak-dampak di atas, kegiatan pembuatan genting di desa Sindangwasa juga memiliki dampak yang merusak lingkungan alam, diantaranya :
1.    Timbulnya penyakit-penyakit pernafasan akibat pembakaran pembuatan genting yang menghasilkan asap, akan mencemari udara. Terlebih industri berada dekat dengan pemukiman warga.
2.    Penggunaan kayu sebagai bahan pembakaran, menjadikan kayu sebagai sumber bahan pembakaran utama, hal ini berakibat pada kawasan pepohonan yang semakin menggundul
3.    Menyempitnya lahan penghijauan karena digunakan sebagai lahan perindustrian, sehingga semakain berkurangnya penyaring udara alami,


D.    Cara menanggulangi dampak dari pembuatan Genting di Desa Sindangwasa
Menurut K. Wardiatmoko (2006 : 137) “Usaha Pelestarian Lingkungan Hidup adalah rangkaian upaya untuk melindungi kemampuan lingkungan hidup terhadap tekanan perubahan dan dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.”
Pentingnya kelestarian lingkungan hidup untuk masa sekarang hingga masa yang akan datang , menunjukan bahwa manusia harus bejuang untuk menyelamatkan lingkungannya.


Dilihat dari dampak yang diuraikan diatas maka perlu adanya upaya untuk menanggulanginya, berupa :
1.    Menjauhkan lokasi industri dengan pemukiman
Menjauhkan lokasi industri dengan pemukiman menjadi salah satu upaya untuk meminimalisir berbagai dampak negatif yang ditimbulkan oleh industri.
2.    Meinggikan cerobong asap pembakaran
Meinggikan cerobong asap pembakaran dilakukan agar asap yang keluar dari cerobong akan berada diatas, sehingga mengurangi kontak langsung asap dengan manusia, yang nantinya juga akan mengurangi potensi penyakit pernafasan bagi warga sekitar.
3.    Menerapkan sistem tebang pilih dan reboisasi
Menerapkan sistem tebang pilih dan reboisasi dapat menjadi pilihan sebagai cara pemanfaatan alam berwawasan lingkungan, selain produksi tetap berjalan lingkungan pun tetap terjaga.


BAB V
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang kami lakukan, kami dapat menarik kesimpulan bahwa kegiatan pembuatan genting di desa sindangwasa telah menerapkan sistem perindustrian yang berwawasan lingkungan dan tetap mempertahankan cara tradisional dalam kegiatan pembuatan genting tersebut.
Sistem perindustrian berwawasan lingkungan telah diaplikasikan oleh pengusaha genting dengan cara memanfaatkan tanah pertanian hasil penggalian perendahan daerah persawahan untuk dijadikan bahan baku pembuatan genting yang saling menguntungkan antara pengusaha genting dengan para pemilik lahan persawahan  dibandingkan dengan cara lama yang harus mengeruk tanah secara langsung yang mengakibatkan banyak terbentuknya bekas galian yang merusak lingkungan ekosistem sekitarnya.

B.       Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, kami mencoba memberikan beberapa saran yang dapat dipertimbangkan pelaksanaannya yang berkaitan dengan pengaruh industri pembuatan genting terhadap lingkungan.
1.      Bagi pemerintah setempat hendaknya mengadakan pengawasan dan penindaklanjutan kepada industri pembuatan Genting yang ada di daerah setempat. Selain itu, sekiranya pemerintah mengadakan pelatihan dan penyuluhan kepada para pengusaha pembuatan genting tentang bagaimana sistem perindustrian yang berwawasan lingkungan.
2.      Bagi para pengusaha pembuatan genting sebaiknya melaksanakan pengembangan industri dengan tidak mengesampingkan keadaan lingkungan, yaitu dengan menerapkan sistem perindustrian  berwawasan lingkungan.
3.      Bagi para pekerja hendaknya berpartisipasi jika ada pelatihan dan penyuluhan yang diadakan pemerintah setempat supaya dapat menambah pengetahuan tentang pembangunan industri yang berwawasan lingkungan sehingga dapat menjaga kelestarian lingkunngan hidupnya.
4.      Untuk masyarakat setempat hendaknya ikut berpartisipasi dalam mengawasi proses perindustrian pembuatan genting, dan melaporkan kepada pemerintah setempat apabila ada kegiatan pengeksploitasian lingkungan dalam industri tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Abdurachmat, Idris dan Maryani, Enok.  (1997)Geografi Ekonomi. Bandung: Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI.
Adimihardja, Kusnaka. (1993). Kebudayaan dan Lingkungan: Studi Bibliography. Bandung: Ilham Jaya.
Asmara, Adi (2010). Pendidikan Lingkugan Hidup untuk SMA/MA kelas X. Bandung: CV. Atikan Mandiri
Asmara, Adi (2010). Pendidikan Lingkugan Hidup untuk SMA/MA kelas XII. Bandung: CV. Atikan Mandiri
Djojodipuro. (1992). Teori Lokasi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI.
Iskandar, Johan. (2001). Manusia Budaya dan Lingkungan. Bandung: Humaniora Utama Press.
Saleh, Irsan, A. (1995). Industri Kecil Sebuah Tinjauan dan Perbandingan. Jakarta: LP3ES
Sudjana, Nana. (2004). Metode Statistik. Bandung: Tarsito.
Surakhmad, Winarno. (1994). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.
Undang-undang No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian.
Wardiatmoko, K. (2006). Geografi Jilid 2 untk SMA kelas XI. Jakarta: Erlangga.