TITIK BALIK
Oleh: Ahmad Fawaid Ridwan
Hujan rintik menutup senja di kala raga mulai merebah
Kembali ku tumpahkan sejuta kepahitan yang berserak dalam keluh kesah
Walau hanya pada tembok retak dan jendela yang bercelah
Berharap tak kembali lagi ku menanggung rasa resah
Mengapa diluar sana begitu indah saat ku bayangkan
Membuatku rindu akan segarnya nafas kebebasan
Namun saat kulihat lagi dari sudut sempit kegelapan
Semua itu hanyalah kepalsuan yang sangat erat memenjarakan
Kembali kucari kepastian dalam hening malam tak berbintang
Bertiup angin dan cahaya bulan yang terang benderang
Berbisik hati untuk menilik dari mana kau datang
Dan kemana lagi kau akan kembali pulang
Bagaimana bisa kau terus berjalan dalam kegelapan hati
Dalam kegundahan yang menusuk-nusuk bagai peniti
Dalam kerisauan yang datang terus menerus tanpa henti
Yang sekian lama seakan terus menyakiti
Terus menerus cahaya itu menerangi jalan yang kau tapaki
Dan kau coba melirik menatap sumber cahaya sejati
Seketika kau pun merasa silau dan coba untuk menutupi
Hingga kau berpaling karena takut tak dapat melihat lagi
Aku pun terhenyak atas keangkuhan yang begitu lama menetap
Dan kembali ku angkat wajahku seraya meratap
Tak sanggup lagi bibir ini untuk kembali mengucap
Betapa hina diri ini dan malu untuk menatap
Sekian lama kucari dan ku telusuri jalan hidup ini
Ternyata yang ku perlukan hanyah kembali melihat kedalam diri
Saat ku buka lebar pintu hati dan menerima apapun yang terjadi
Ternyata hanya Kau lah yang selalu setia menemani
Walau hanya pada tembok retak dan jendela yang bercelah
Berharap tak kembali lagi ku menanggung rasa resah
Mengapa diluar sana begitu indah saat ku bayangkan
Membuatku rindu akan segarnya nafas kebebasan
Namun saat kulihat lagi dari sudut sempit kegelapan
Semua itu hanyalah kepalsuan yang sangat erat memenjarakan
Kembali kucari kepastian dalam hening malam tak berbintang
Bertiup angin dan cahaya bulan yang terang benderang
Berbisik hati untuk menilik dari mana kau datang
Dan kemana lagi kau akan kembali pulang
Bagaimana bisa kau terus berjalan dalam kegelapan hati
Dalam kegundahan yang menusuk-nusuk bagai peniti
Dalam kerisauan yang datang terus menerus tanpa henti
Yang sekian lama seakan terus menyakiti
Terus menerus cahaya itu menerangi jalan yang kau tapaki
Dan kau coba melirik menatap sumber cahaya sejati
Seketika kau pun merasa silau dan coba untuk menutupi
Hingga kau berpaling karena takut tak dapat melihat lagi
Aku pun terhenyak atas keangkuhan yang begitu lama menetap
Dan kembali ku angkat wajahku seraya meratap
Tak sanggup lagi bibir ini untuk kembali mengucap
Betapa hina diri ini dan malu untuk menatap
Sekian lama kucari dan ku telusuri jalan hidup ini
Ternyata yang ku perlukan hanyah kembali melihat kedalam diri
Saat ku buka lebar pintu hati dan menerima apapun yang terjadi
Ternyata hanya Kau lah yang selalu setia menemani